Salah satu subsektor dari industri kreatif yakni busana muslim saat ini menjajaki pasar Thailand. Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah mengatakan, fesyen Indonesia memiliki ciri khas dan selalu mengikuti tren mode yang terbaru.
"Imej busana muslim Indonesia yang dikagumi banyak negara, termasuk Thailand," kata Euis di Jakarta kemarin. Dia menjelaskan, Kemenperin dan pemerintah Thailand sepakat untuk menjajaki kerja sama terkait minat pemerintah Negeri Gajah Putih terhadap busana muslim Indonesia.
Kerja sama itu diharapkan bisa memberikan fasilitas agar produk IKM busana muslim Indonesia bisa masuk pasar Thailand. Fasilitas tersebut antara lain kemudahan ekspor, promosi, dan akses masuk pusat-pusat perbelanjaan. Thailand akan memberikan 26 gerai untuk pameran internasional di Bangkok pada 26 April 2012..
"Ini kesempatan bagi IKM busana muslim memperluas pasar mereka di Thailand dan ASEAN, sekaligus untuk mendukung kampanye Indonesia sebagai kiblat fesyen muslimdunia pada 2020," ujarnya. Apabila busana muslim Indonesia bisa diterima di Thailand maka akan mudah masuk pasar Eropa dan TimurTengah.
Perwakilan dari Departemen Ekspor dan Promosi Kedutaan Besar Thailand untuk Indonesia, Vilasinee, mengatakan bahwa pihaknya siap membantu Indonesia untuk memperoleh bahan baku serta mempermudah logistik dan promosi
"Pelaku fesyen di Indonesia bisa menggunakan thai silk, sedangkan kami bisa menggunakan batik. Kami juga bersedia menjadi penghubung ke pasar yang telah kami milikiaksesnya," kata Vilasinee.
Menteri Perindustrian MS Hidayat menambahkan, melalui kerja sama tersebut, kedua negara bisa membangun industri busana muslim. "Dana bisa berasal dari kedua pihak, tapi tempatnya mesti di Indonesia untuk selanjutnya di ekspor ke Thailand dan Eropa," katanya. Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPMI) mencatat, baju muslim Indonesia lebih banyak di ekspor ke Timur Tengah.Turki, Malaysia, Dubai, dan Brunei Darussalam.
Di sisi lain, Euis mengatakan bahwa Kemenperin meminta Kementerian Keuanganmenghapus bea masuk (BM) untuk telur ulat sutera dari China. Selain itu, Kemenperin juga meminta Kementerian Kehutanan (Kemenhut) untuk mempercepat proses pengecekan kesehatan telur. Saat ini seluruh proses tersebut memakan waktu hingga dua tahun.
BM telur ulat sutera saat ini adalah sebesar Rpl00.000 per kotak, sementara harga jualnya mencapai Rpl25.000 per kotak. Pada tahun ini dan tahun depan, kata Euis, Indonesia masih membutuhkan sekitar 1.200 kotak telur ulat sutera yang diimpor dari China.
0 comments:
Post a Comment